Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 


Perkenalkan nama saya Eka Fitria,S.Si.,M.Pd.
SMA Negeri 7 Palembang 
Peserta Pendidikan Guru Penggerak angkatan 11, Kelas A.11.113  
Kota Palembang Sumatera Selatan. 

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Salam Guru Penggerak

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan hasil tugas 1.1.j. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.


FILOSOFI PENDIDIKAN 
KI HADJAR DEWANTARA

TUJUAN PENDIDIKAN

Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat

3 Pokok Dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan

1. Pembelajaran yang berorientasi pada murid .

Proses pembelajaran yang mendorong dan mengembangkan keaktifan murid dalam pemahaman konsep maupun teori melalui berbagai aktivitas pengalaman pada berbagai lingkungan belajar, yaitu lingkungan di dalam sekolah dan di luar sekolah.

2. Pendidik menuntun kodrat anak

Kodrat alam bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama, sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri.

3. Trilogi Pendidikan

1.    Ing Ngarso sung Tulodho (di depan menjadi teladan),

2.    Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi),

3.    tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)

 

 

 

PERTANYAAN PEMANTIK DALAM MEMBUAT KESIMPULAN DAN REFLEKSI

TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

1.     Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, yang intinya menjabarkan tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran  yang saya lakukan adalah masih berpusat guru (Teacher Center). Murid datang ke sekolah untuk belajar dari guru. Guru berperan sebagai sumber utama pengetahuan di kelas. Pembelajaran berfokus pada penyampaian materi pelajaran oleh guru saja. Saya hanya melakukan transfer materi pembelajaran karena menganggap lebih penting untuk menuntaskan pembelajaran dengan memberikan materi pelajaran kepada siswa. Murid diharapkan mendengarkan, mencatat, dan mengingat apa yang diajarkan dan kurang memahami karakteristik siswa di kelas saya. Keberhasilan pembelajaran diukur melalui tes dan ujian. Saya biasanya hanya melihat dari nilai murid pada aspek kognitif saja,  yaitu saat mereka mengerjakan tugas soal latihan, PR  atau penilaian harian. Ataupun dari aspek psikomotorik dari hasil kegiatan praktikum dan laporan hasil praktikum. jika nilai murid sudah mencapai KKM dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu sebaliknya. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah saya hanya melakukan dengan kegiatan remidial. Pada proses pembelajaran saya masih menggunakan metode ceramah, demonstrasi, memberikan contoh soal kemudian mengerjakan latihan soal. Siswa di tuntut untuk mengikuti arahan yang saya berikan untuk dapat mencapai kompetensi capaian pembelajaran. Saya mengamati ketika dalam diskusi kelompok proses berlangsung tidak semua siswa aktif, juga  pada saat dalam presentasi dan Tanya jawab. Sehingga hanya sebagian siswa saja yang aktif, dan siswa lainnya menunjukkan sikap pasif. Bila siswa tidak mengikuti arahan, saya akan marah dan memberikan hukuman karena tidak mengerjakan tugasnya. Hal ini menyebabkan siswa merasa tertekan dan bisa berakibat penanaman nilai-nilai karakter pada siswa tidak akan tercapai. Sehingga saya kadang mengeluh karena ada siswa yang tidak tuntas setelah melakukan evaluasi. Hal ini saya sadari bahwa saya salah, dan apa yang telah saya lakukan jauh dari pemikiran ki Hajar Dewantara bahwa seorang guru harus melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pendidikan yang memerdekakan dan menghamba pada anak. Membuat siswa nyaman dan senang untuk belajar, menanamkan budi pekerti, dan menggunakan metode pembelajaran yang berpihak pada siswa.

2.  Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari                modul ini? 

Setelah saya mempelajari modul ini, saya baru memahami filosofi pendidikan KHD,   dimana menurut beliau bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala  kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan, namun pendidik harus bisa menjadi “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang “Pamong” dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lainnya. Oleh sebab itu tuntunan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)

Maka  dari itu, seorang pendidik mulai menganalisis kebutuhan anak, bagaimana karakternya, latar belakang anak seperti apa (asal usulnya dari mana). Kita  hanya bisa menuntunnya berdasarkan kodrat alam yang sudah ada pada anak, supaya kekuatan kodrat yang ada pada anak dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya). Memerdekakan siswa artinya kita sebagai pendidik hanya bisa menuntun anak supaya bisa mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan si anak mampu bersandar pada kekuatannya sendiri. bertumbuh kembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Semua anak memiliki keunikannya masing-masing, proses pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna.

Jika dilihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad ke-21,  guru harus terus berinovasi dan berimprovisasi sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Jika teknologi adalah kunci utama untuk anak bisa bersaing di dunia kerja, maka guru harus bisa meningkatkan kompetensi itu supaya kita bisa menuntun siswa ke arah sesuai kodrat zamannya. Sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal sosial budaya siswa , Siswa di Sumatera tentu memliliki karakteristik yang berbeda dengan siswa di Jawa atau pun di Papua.

Pendidikan harus berorientasi pada siswa  sehingga pendidikan harus berhamba (melayani dengan sepenuh hati) pada anak.

 

             3.     Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan             pemikiran KHD?

Hal yang dapat segera saya terapkan dalam pembelajaran di kelas adalah :


  • Menyadari bahwa setiap siswa adalah individu yang unik dan istimewa. Mereka mempunyai potensi, bakat, minat dan kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya kemampuan untuk mengenali keunikan tersebut sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
  • Menggunakan metode student center untuk melibatkan siswa dan menjadikan pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan. Pembelajaran yang berlangsung di kelas harus berpusat dan berpihak pada siswa.
  • Pembelajaran abad 21 akan saya terapkan sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu berpikir kritis, komunikasi kreatif  dan kolaborasi, dengan tetap berpegang  pada konsep pembebasan anak.
  • Belajar bukan lagi tentang menuntut, tetapi menuntun, karena tugas guru adalah memberikan bimbingan yang tepat kepada siswa, serta berusaha menjadi teladan  dalam perkataan  dan tindakan.
  • Berikutnya, saya perlu menjalin komunikasi yang baik secara personal untuk mengetahui kepribadian serta latar belakang siswa.
  • Slogan KHD antara lain Ing Ngarso Sun Tulod (Guru harus memberi contoh yang baik), Ing Majo Mangun Karso (Guru harus memberi semangat kepada siswa), Tut Uri Handayani (Guru harus Sebagai seorang guru, saya berusaha memahami arti menyemangati siswa dan menjadikan mereka mandiri.
  • Memilih media pembelajaran yang beragam dan selalu menyampaikan nilai-nilai moral dalam setiap kegiatan pembelajaran, kami membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan membantu siswa memperoleh tidak hanya kemampuan intelektual tetapi juga sosial emosional di masa depan.
  • Membantu mereka menjadi teladan dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter dalam tindakan dan perkataannya, dan kami akan memantapkan upaya mereka untuk selalu mengamalkan kebiasaan 5S (tersenyum, menyapa, menyapa, sopan santun, dan santun) dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menjadi guru yang berkepribadian baik, Karena sebagi pendidik apa yang kita lakukan akan menjadi contoh bagi mereka dan menirunya, sehingga mereka akan menjadi siswa yang  lebih baik.
  • Saya perlu menjadi seorang guru yang dapat mengajar murid-murid saya dengan lebih sabar dan ikhlas serta memberikan pelayanan yang terbaik.
  • Daripada memberikan peringatan atau sanksi yang keras, cobalah merespons siswa dengan cara yang menciptakan rasa tenang, bukan rasa takut.  Karena guru yang baik adalah guru yang disukai, disegani, dan disegani, bukan guru yang ditakuti.

 

Demikianlah yang dapat saya paparkan, semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Komentar

  1. Secara keseluruhan sudah sangat bagus, dpat menginspirasi.. lanjutkan buk Eka

    BalasHapus
  2. Guru hebat.. karyanya keren selalu menginspirasi.. semangat ibu Eka untuk terus berkarya

    BalasHapus
  3. informasinya yang disampaikan sudah jelas sekali bu Eka. Tetap semangat untuk berbagi. Mari bergerak, tergerak dan menggerakkan

    BalasHapus
  4. Materi yg disampaikan SDH sesuai dgn pemikiran KHD, keren Bu eka

    BalasHapus
  5. Materi yang disampaikan sangat inspiratif dan bagus Bu Eka👍👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LKPD GELOMBANG BERJALAN DAN STASIONER FISIKA KELAS XI

MENULISLAH SETIAP HARI